Mungkin gue ga bakal nulis basa-basi tapi lebih kepada hubungan lagi yang mungkin orang-orang eneg sama tulisan gue yang cinta-cintaan gitu. Kritis kek lo, ngomongin sastra kek, esai kek , atau filsafat gitu mungkin beberapa orang dengan idelis yang tinggi meganggap hubungan percintaan itu yowes nanti aja. Tapi kalian sadar ngga sih bahwa kita juga harus realistis sama hubungan kisah cinta ?
Mungkin saat ini cinta, hubungan, pasangan dll bukan menjadi sebuah prioritas utama gue. Gue sendiri bukan sok idealis, belum menemukan sosok yang dimana bisa menerima kekurangan gue sendiri, dan gue belum sanggup menerima kekurangan pasangan gue. Pada akhirnya gue memilih untuk yaudah sendiri dulu aja daripada menyakitkan salah satu pihak lagi kan.
Gue berfikir secara rasional ketika udah sebesar ini bahkan sedewasa ini gue ga bisa terus-terusnya mengasihani sebuah hubungan. Gue realistis bahwa hubungan bukan masalah lo sayang gue, gue sayang lo. Yuk mau ngga jadi pacar aku? CIH….
Bukan masalah itu, bagi gue masalah yang paling penting gimana kita bisa saling menerima kekurangan satu sama lain. Wes itu toh yang lain menyesuaikan.
Sudahlah gue punya puisi yang ketika lo dengerin, bikin lo paham dan ngerti.
Kemarin, aku menghadap masa depanmu.
Berharap mewarnai sedikit demi sedikit kertas putihmu.
Merangkul dingin tuturmu.
Berdoa…
Agarku mampu membuatmu tersipu.
Meski palsu…..
Disitu aku tak ingin mau pergi.
Merangkai bunga penuh kasih, agar setidaknya taman mu tak layu.
Aku tak pernah sanggup melihatmu menangis sendiri,walaupun dalam hati.
Sebab, langit pernah bercerita padaku, tentang rindu mengebu yang menjadikannya hujan.
Aku mencoba memelukmu.
Merengek bak anak kecil meminta permen kepada sang ibu.
Rupanya tangisan ini tak mampu menahanmu.
Ia meninggalkan kenangan-kenangan yang bisa ku benci.
Aku mencoba menatap matamu, akankah ia kembali pada rayuku? atau ke masa lalu? atau kerumah lain justru.
Kau adalah tanah lapang di padang gersang.
Aku, berjalan diatasnya.
Menunggu badai, menyelimuti tubuh rentangku.
Selanjutnya, rambutmu adalah hal yang paling ku benci, setelah waktu.
Sebab….
Disitu kau menaruh banyak tanda tanya, yang hanya bisa ku jawab sendiri, hanya menerka-nerka.
Kau datang disetiap mimpiku, setiap waktu dalam satu minggu.
Mengerogoti tembok yang ku bangun setelah kau pergi kala itu.
Kau melepasku.
Lalu bayangmu mengikuti tak kenal malu.
Aku tak sanggup lagi mengemis padamu
hanya demi berlomba memenangkan piala perunggu
aku ingin menjadi yang kesatu, Kasihku.
Tetapi aku takut, kembali menahanmu.
walaupun rindu menjemput disela-sela nafasku
esok hari, aku mencoba kembali menunggu
lalu kau membunuh bayangku
dan berpura-pura menyelamatkanku